Kapan nikah?
Itu adalah salah 1 pertanyaan yang paling sering aku dengar dalam beberapa waktu terakhir ini. Aduh, siapa sih yang tidak ingin menikah. Memang umurku sudah layak bagi seorang perempuan untuk menikah. Namun di lain hal, aku juga sering mendengar bahwa menikah bukanlah ukuran kesuksesan.. bukanlah perlombaan..
Lalu aku bertanya2 lagi.. terus kenapa banyak orang yang selalu bertanya kapan nikah? Sepertinya orang yang berusia dewasa seperti aku ini akan sangat berdosa dan memalukan bila tidak segera menikah.. Padahal tergesa-gesa menikah juga bisa menjadi mudharat.
Jalan setiap orang untuk menikah pun berbeda-beda. Ada yang semulus jalan tol, ada pula yang harus berjuang jatuh bangun untuk bisa bersanding dengan pujaan hatinya. Terkadang terbersit rasa iri di hatiku pada perempuan yang bisa menikah dengan kekasih hatinya tanpa hambatan yang berarti. Bahkan aku merasa diriku sangat bodoh karena berulang kali melakukan kesalahan yang sama. Dikhianati, dibohongi, diselingkuhi berkali2 oleh orang yang kusayangi. Tapi kemudian ada sesuatu hal yang berharga kusadari.. aku belajar untuk tidak membenci sekalipun orang itu menyakiti hatiku. Aku belajar untuk menyayangi dengan tulus. Aku belajar mengikhlaskan mereka yang kucintai perlahan menghilang dari hidupku. Hingga aku bertemu denganmu. Walaupun penuh dengan khilaf dan luka, kita sedang berjalan menuju gerbang pernikahan. Semakin lama semakin dekat. Bukankah skenario Allah adalah yang terbaik di dunia ini? Insya Allah ini yang terbaik untuk kita, Kak.
Menikah tidak semudah membalikkan telapak tangan.. Semua perlu dipersiapkan. Jodohnya, mentalnya, fisiknya, materinya.. Meski banyak yang perlu dipersiapkan tidak berarti aku gentar. Yang perlu dan harus kulakukan adalah memantapkan hati dan mempersiapkan diri untuk menikah. Segala hal yang terjadi setelah menikah harus bisa kupertanggung jawabkan karena aku akan menjadi seorang ibu. Aku harus segera menghilangkan sikap kenak-kanakanku dan bisa membawa diri dengan baik. Menjadi lebih kuat lagi, lebih sabar lagi, lebih telaten lagi, dan lebih lebih yang lain (dalam arti yang baik).
3-10-15 Semoga kita dimudahkan kak (bahagia dan kekhawatiran bercampur menyelimuti hatiku)
Komentar