Pagi ini seperti biasa aku duduk sendirian di kamar. Istiqomah berjuang dan menatap secercah harapan menuju kesuksesan di depan mata. Saat ini kuliah aku sudah memasuki semester 6 di Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Salah satu yang menjadi kebanggaan keluarga, aku berhasil masuk universitas tersebut dengan lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) di pilihan pertama. Lewat seleksi tersebut, aku tak perlu membayar biaya lebih dari 1 juta per semester. Alhamdulillah hanya itu yang bisa kubisikkan tak henti-hentinya dalam hatiku, karena sedikit meringakan beban orang tua. Namun, tak terasa sebentar lagi kuliahku akan berakhir, skripsi, lulus, dan bekerja. Jalan hidup yang kupilih memang lurus-lurus saja, demi membahagiakan orang tua dahulu. Tak ingin membuat orang tua khawatir.
Kulirik jam di layar monitor komputerku, 6.15. Benar saja, tak lama kemudian handphoneku bordering. Kulihat nama yang tertera di layar, “Mama”. Ya, beliaulah yang selalu meneleponku setiap pagi sebelum aku bersiap menjalani semua aktivitas di Kota Pahlawan ini. Sudah menjadi kebiasaan kami, curhat selama 15-30 menit di telepon setiap hari. Apa saja bisa kami ceritakan dan diskusikan sehingga menjadi obrolan santai yang menyenangkan. Itu yang membuat kami bisa begitu dekat. Hampir tak ada hal yang kusembunyikan dari mama. Mama adalah seorang yang paling penting dalam hidupku, apalagi semenjak Bapak pergi untuk selamanya meninggalkanku, kakak, dan tentu saja mama. Aku dekat sekali dengan mama. Kalau pulang ke kampung halamanku tercinta, Kota Madiun, mama yang selalu menjemputku, menemaniku jalan-jalan, dan apa saja dengan mama. Tak bisa kubayangkan seperti apa hidup ini tanpa mama. Mama seperti ibu sekaligus ayah dan sahabat buatku, membuatku merasa mendapat kasih sayang yang sangat cukup.
Tahukah kalian? Setiap aku pulang ke Madiun karena libur kuliah, hati ini rasanya sangat ringan. Bisa bertemu dengan mama, apalagi kakakku dan istrinya sekarang juga tinggal di Madiun. Selalu dan selalu hati ini rindu untuk pulang. Liburan terasa sangat cepat meski hanya aku habiskan di Madiun, karena melihat mama setiap hari adalah anugerah terindah dalam hidupku. Dan selalu saat aku harus kembali ke Kota Pahlawan untuk berjuang dan harus berpisah dengan mama, hati ini rasanya seperti sangat tidak rela. Aku tahu mama pun merasa seperti itu, karena ikatan batin kami begitu kuat. Tapi ini semua demi masa depanku dan keluargaku, sehingga kami harus bertahan. Kami yakin pada Allah, pengorbanan kami akan berbuah manis.
Aku selalu berpikir, setelah lulus kuliah, apapun yang terjadi, aku harus bekerja di Madiun. Cita-citaku bisa bekerja di Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kota Madiun, sesuai dengan ilmu yang kumiliki. Aku tak ingin terpisah lagi dengan mama, selama waktu ini masih ada. Aku ingin terus hidup di samping orang yang paling aku cintai. Selain itu, aku juga harus membantu mama agar tidak berjuang sendirian lagi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Aku tahu mama sudah cukup lemah dan lelah di usianya sekarang. Ingin sekali aku segera menggantikannya untuk bekerja keras memenuhi kebutuhan keluarga. Tidak mungkin mengandalkan kakakku karena dia juga harus memenuhi kebutuhan keluarganya.
Doa yang kupanjatkan pagi ini, “..Ya Allah, Ya Rabb, ampunilah segala dosa orang tuaku dan bahagiakan mereka di dunia dan akhirat. Berikan hamba kekuatan, kemudahan, dan kesempatan untuk membahagiakan mereka, karena hanya ini yang bisa hamba lakukan untuk membalas semua kasih sayangnya. Aamiin..”
Windi Prigita S. – 2 Juli 2011
@Kamar Kos, Kalidami, Surabaya
Komentar
-Arikah^^-