Pujian
sesungguhnya adalah musibah besar bagi mentalitas. Di satu sisi pujian adalah
hal yang baik ketika kita menjadi subjeknya
dalam artian kita yang memuji sesuatu atau seseorang sebagaimana adanya bahkan
orang yang berjiwa besar selalu melontarkan pujian terhadap orang lain ketika
orang lain tersebut pantas untuk dipuji namun sebaliknya bahwa pujian yang
menjadi musibah itu ketika kita menjadi objeknya dalam artian bahwa kita yang
dipuji maka tunggulah bahwa pujian itu akan membawa dampak yang amat buruk
ketika kita terlena dengan pujian tersebut.
Begitu banyak
contoh ketika seseorang berada dipuncak popularitas dan bergelimang pujian yang
pada akhirnya terlena sehingga mentalitasnya menjadi lembek dan karakter ingin
dipuji. Lihat saja artis yang dipuja-puja disetiap pelosok desa akhirnya masuk
dalam jurang kehancuran, ada yang terseret narkoba, video porno bahkan berbagai
kehancuran yang mengiringi dirinya ketika mereka sudah merasa diatas angin dan
tidak lagi menginjak bumi. Tuhanlah yang tahu segalanya dan begitu gampangnya
Dia menggelincirkan kita ketika kita sombong.
Diatas saya
mengatakan baihwa pujian dari orang lain itu adalah musibah besar apatahlagi
kalau diri kita sendiri yang memuji diri sendiri, haha. Ini musibah yang
sesungguhnya dan pada level tertentu akan menjadi paham narsisme. Lihatlah Fir’aun
yang diliputi perasaan seperti itu dan mengganggap dirinya sebagai tuhan,
benar-benar akan menghancurkan diri sendiri. Di tingkatan Negara, beberapa decade
silam, ada Adolf Hitler yang terkena sydrom ini dan menganggap rasnya paling
suci sehingga semua ras diluar rasnya ingin dimusnahkan.
Dalam beberapa
kasus, pujian yang dialamatkan kepada kita akan membuat kita angkuh, sombong,
riya atau sifat yang mengagung-agungkan diri dari yang lain. Perasaan seperti
itu kadang muncul tanpa disengaja bahkan ketika kita selalu berusaha menghalaunya.
Misalnya saja karena kehendak Allah SWT, kita diterima di universitas Harvard. Saat kebetulan bertemu dengan teman yang juga
mendaftar namun tidak lulus lalu kemudian memuji kita setinggi langit. Mungkin
saja pada saat itu keluar dari mulut kita bahwa biasa saja dan ini karena Allah
namun kadang muncul dalam hati bahwa memang saya lebih pintar apatahlagi ketika
dia mulai menanyakan tips kenapa kita bisa lulus maka dengan semangat 45 kita
menjelaskan ini itu, begini begitu lalu diakhiri dengan kalimat yang bijak
namun harus diakui bahwa ketika kita sudah kelihatan menceramahi dengan
langkah-langkah yang kita lakukan maka dari situ setan mulai mendapat cela
untuk menyisipkan perasaan sombong ataupun ujub ke dalam hati kita tanpa kita
sadari karena memang perasaan seperti itu amat sangat halus. Seringkali kita katakan
bahwa jangan anggap tips saya ini sebagai pernyataan sombong namun ketika sudah
kita berkata seperti itu maka itulah titik-titik dari kesombongan, lebih bijak
ketika kita memilih untuk tetap menunduk dan rendah hati kemudian memperbaiki
diri sambil tetap mengembangkan potensi yang kita miliki. Kita memang
sekali-kali butuh pujian namun hati-hati terhadap pujian karena seringkali
menghancurkan.
Aku masih
ingat ceramah AA gym yang kudengar kemarin dari youtube. Saat itu AA gym
berceramah di kanada dan di salah satu cemarahnya kepada para mahasiswa dan
masyarakat Indonesia di kanada bahwa ketika pulang ke Indonesia, tidak perlu
merasa sombong toh kita juga adalah orang Indonesia dan julukan luar negeri kan
disematkan oleh orang Indonesia ketika kita di sini maka kita bukan siapas-siapa.
Anti tesa
dari pujian adalah kritik. Kita seringkali menghindari kritik namun pada
dasarnya kritik itulah yang akan menjadikan kita lebih dewasa karena kritik
tersebut akan menelanjangi kekurangan kita dan dengan begitu kita akan lebih
mudah mengenal kekurangan kita kemudian memperbaikinya.
Inti dari
tulisan ini adalah bahwa pujian itu menutupi kekurangan kita dan akan sulit
bagi kita untuk mengetahui dan memperbaiki kekurangan kemudian kritik
senantiasa mengajarkan kita kekurangan-kekurangan kita yang pada akhirnya kita
dengan mudah memperbaikinya.
Poin yang
kedua tentang pujian adalah, sebagai pribadi yang sering berinteraksi dengan
teman-teman maka berikanlah pujian kepada mereka sebagaimana adanya namun
jangan lupa mengkritik ketika mereka salah dan pada akhirnya ketika kita
memperoleh anugerah lalu dipuji maka coba untuk tetap menahan diri dan rendah
hati.
Komentar